Sabtu, 08 September 2012

Ceritaku


Dingin yang menyelimuti tubuh, membuatku keluar dan berlari sekedar untuk menghangatkan badan. Jalan pagi tanpa alas kaki menjadi pilihan tuk mengawali weekand. Kubiarkan telapak kaki merasakan pijatan dari kerikil kerikil yang tersebar disepanjang jalan. Hmmmh …nyamaaaaaan sekali. Udaranya  segar dan bisa bersay hello dengan banyak  orang…ada yang jalan pagi ada yang mengambil air bersih, ada yang ke pasar, ada yang mau mencari rezeki dengan plastik-plastik  polibec.Eh ternyata menyenangkan.

Sendirian aku berlari kecil sambil memandang pohon pohon di kejauhan yang berbaris dengan sangat rapi, gunung yang diselimuti kabut di sebelah utara dan sawah sawah yang membentang disepanjang jalan serta burung burung yang terbang beriringan. Hijaunya terlihat sangat indah, itu membuatku bersyukur akan tanah kelahiranku. Ada satu keinginan agar panorama itu tidak berubah. Kuingin setiap kali memandang ya tetap ada barisan pohonnya, gunungnya, sawahnya ,burungnya. Tapi……sampai kapan….setahun, dua tahun, lima tahun?ada kekhawatiran yang mendadak menyergap diriku. Apa jadinya kalau semua yang aku lihat hilang dan berganti dengan gedong dan gudang. Akankah masih banyak tersedia udara segar nantinya?
Sambil jalan pulang aku merenung pula. Tidak ada yang kekal selain Yang Maha Kekal. Semua hal pasti akan mengalami yang namanya “perubahan” dan pastinya perubahan yang menyeluruh. Buktinya Perkembangan Manusia pada fisik diikuti  perubahan  pola pikirnya juga (kalau tidak apa kata dunia). Aku yang sekarang juga berbeda dengan aku 5 tahun yang lalu.Yach aku merasakan cara aku berinteraksi, cara aku memandang hidup, caraku dalam menjalankan tugas sehari-hari sedikit lebih baik (menurut gue sih.. idiih termasuk narsis gak ni?). Kata sedikit lebih baik itu perlu agar aku tidak cepat puas dan tidak berhenti belajar.

Semakin banyak yang kutahu justru aku semakin paham “ketinggalanku”. Aku yang sekarang adalah aku yang selalu kehausan untuk mengetahui berbagai hal. Hal yang tadinya luput dari penglihatanku, hal yang tadinya tak mau aku dengar, hal yang kemarin kemarin tak aku lakukan dan hal hal yang baru lainnya. Adanya semangat untuk memanage diri agar lebih baik, lebih sehat dan lebih nyaman, membuat aku menerapkan aturan aturan kecil pada diriku. Tapi tidak jarang aku membiarkan diriku melanggar beberapa aturan tersebut dengan meninggalkan rasa sesal.  Contohnya dengan umurku sekarang, aku sebaiknya berhati hati untuk ngemil dan lebih teliti dengan makanan yang masuk.Apalagi jika aku kurang gerak yah….(.diintai trigleserida tuh).”what are what you eat" sebaiknya tertanam dalam dalam d ipikiranku.Begitu juga dengan pola pikirku yang mau tidak mau memang sedikit demi sedikit musti ditata kembali agar hidup lebih mudah dan rileks tentunya.

Dan  perubahan memang telah terjadi disemua aspek kehidupan disepanjang zaman. Tidak terkecuali perubahan dibidang pendidikan. Inilah yang menjadi landasan kita sebagai insan pendidik untuk melakukan suatu perubahan. Sudah menjadi menu wajib  kita jika tidak mau terlindas dan tertinggal oleh zaman. Perubahan yang semestinya dilakukan setiap individu,siapapun dan dimanapun. Sebuah usaha yang dilakukan untuk dapat berenang mengarungi arus zaman ini. Perbaikan perbaikan yang dilakukan secara kontinyu dan bertahap guna menjadikan diri kita “nyaman” . Nyaman karena kita mampu bekerja dengan penuh tanggung jawab, nyaman karena dapat menjaga komitmen untuk melakukan yang terbaik, nyaman dengan pola pikir yang positif. Aku rasa itu lebih dari cukup menjadi landasanku untuk selalu belajar bukan ???                                          
Sebagai manusia aku sadar bahwa kesempurnaan hanya milik allah azza wa jalla. Dalam keseharianku menjadi akrab dengan yang namanya kesalahan. Mendidik anak terlalu keras suatu kesalahan, memanjakan anak suatu kesalahan, mengajar terlalu cepat juga kesalahan. Berapa kesalahan yang telah aku lakukan pun  sulit diukur .Bisa saja aku baru mengetahui bahwa telah melakukan kesalahan setelah beberapa waktu alias tidak menyadarinya. Satu kesalahan yang aku anggap fatal adalah tidak menggunakan usia sekolah untuk menyerap ilmu Allah dengan serius. Iri rasanya melihat orang orang yang usianya jauh lebih muda tetapi banyak ilmu dan bisa memberi manfaat bagi oranglain.Contohnya dosen dosenku yang masih belia.Mereka mengajar dengan penuh sopan santun.Sehingga kalau dicermati ada rasa sesal pada diri sendiri.(ngapain aja gue slama ini? he he baru sadar kalo dah gak muda lagi )

Apapun kapasitasku sekarang baik sebagai hamba Alloh, sebagai istri, seorang ibu dan seorang guru harus aku terima dan wajib aku syukuri. Walaupun aku terlambat untuk menyadari kesalahan kesalahan yang sudah aku lakukan tetapi justru ini menjadi pemicu agar sisa usia yang ada digunakan untuk belajar dan belajar. Belajar dari kehidupan. Ungkapan “it is the better late than never” mungkin cocok dengan kondisiku sekarang. Ini era globalisasi,  permasalahan semakin banyak,  informasi juga berkembang sangat cepat. Aku musti mau mencoba buka literasi. Supaya tidak terlalu ketinggalan.

Belajar bisa kapan saja dan dimana saja.dari buku dari media elektronik, dari pengalaman, dari alam, maupun dari proses interaksi. Dalam berinteraksi di masyarakat nyatanya juga bukan hal gampang . Berbagai karakter telah dan akan aku temui. Bagaimana aku bisa membauri mereka dengan baik pun ada ilmunya. Mengamati perilaku seseorang untuk aku jadikan acuan, penting juga dilakukan.Ternyata  empati menjadi menu wajib dalam berinteraksi. Dengan berempati aku menjadi dekat dengan oranglain, aku belajar mengerti, memahami dan menghargai oranglain. Ada pancaran cinta dan kasih sayang yang tercermin dari proses tersebut. Apapun yang sedang aku lalui saat ini adalah proses kehidupan. Ini akan terus berjalan sampai nanti saatnya aku musti menjalankan proses selanjutnya. Mengawali aktivitas dengan semangat memberikan satu energi untuk dapat menyelesaikan tugas  tugas yang telah menanti disepanjang harinya. Gitu kali ya ....???!!!












Tidak ada komentar:

Posting Komentar