Ulangan
kenaikan kelas telah usai. Hasil Ujianpun telah diumumkan. Pendidik disibukkan
rutinitas tahunan untuk mengolah data sampai pembagian laporan hasil belajar
siswa kepada masing masing wali murid. Seyogyanya hasil evaluasi ini bukan hanya
untuk peserta didik semata, akan tetapi untuk evaluasi lembaga terlebih untuk
kita sebagai pendidik. Salah satunya bagaimana untuk menyiapkan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik lagi pada
tahun ajaran baru nanti. Setelah pembagian buku rapor, adalah ajang refleksi yang
efektif untuk lembaga beserta seluruh komponennya. Bagaimana madrasah membuat, merevisi dan mengemas semua
program agar mudah untuk “dijual” ke masyarakat luas. Ini sangat penting sebagai
langkah untuk menjaring peserta didik baru pada tahun ajaran yang akan datang.
Perubahan
yang terjadi disemua aspek kehidupan tak terkecuali dalam dunia
pendidikan, membuat kita sebagai insan yang berada di lembaga pendidikan
dituntut untuk mengikutinya. Persaingan dalam dunia pendidikan menuntut kita
untuk berfikir kreatif guna menjadikan madrasah kita menjadi lembaga yang
menjadi pilihan di masyarakat. Upaya itu dikemas melalui program program
madrasah yang akan dilaksanakan oleh masyarakat madrasah (peserta
didik, pendidik dan tenaga kependidikan) nantinya. Akan tetapi sebagai seorang
pendidik kadang program program tersebut menjadi sebuah beban berat. Alih alih
hanya memikirkan bahwa program madrasah hanya sebagai beban, kita dapat
menjadikan program tersebut menjadi landasan dan alasan kita untuk
mengembangkan diri.
Banyak
sekali program yang dibuat sebagai “pembeda” antara madrasah kami dengan
lembaga lainnya. Seperti muhafadhoh. Sholat dhuha bersama, sholat dhuhur berjamaah
dan kultum, serta program pembiasaan lainnya. Kultum misalnya, saya pribadi
menyikapi ini sebagai sarana saya untuk belajar. Bagaimana saya menjadi semangat
untuk berburu referensi bahan kultum, belajar cara penyampaiannya dan mengamati
umpan balik dari interaksi tersebut. Saya merasa lebih nyaman ketika saya
berfikir sedang menata diri sendiri. Tidak ada faktor menggurui karena lebih
kepada pemberian motivasi bersama. Ini
bukan hanya sebagai ajang melatih mental tapi juga melatih ketrampilan
berbicara agar saya lebih siap jika sewaktu waktu dibutuhkan di lingkungan
masyarakat.
Berpikir
positif mutlak diperlukan oleh kita dalam setiap kesempatan. Mencoba untuk
melakukan yang terbaik juga perlu disematkan dalam diri. Tidak perlu malu dan
mengkritik diri terlalu pedas jika kita melakukan kesalahan.”Trial and Error”
dapat menjadi acuan kita untuk mencari jawaban jawaban dari situasi situasi
yang kita hadapi. Bukankah hidup adalah laboratorium untuk belajar?
Nah kalau sudah seperti itu, tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu guna memperbaiki diri tuk jadi lebih baik. Selalu bersyukur akan menjadi sumber energi kita untuk tetap terus menapakinya.
Nah kalau sudah seperti itu, tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu guna memperbaiki diri tuk jadi lebih baik. Selalu bersyukur akan menjadi sumber energi kita untuk tetap terus menapakinya.
Terlepas dari
itu semua, sejatinya pendidikan madrasah, khususnya pada Madrasah Ibtidaiyah yang
berbasis karakter mutlak diperlukan untuk mencetak generasi tangguh yang cerdas
baik mental maupun spiritualnya. Dalam
era globalisasi sekarang ini “komitmen” tersebut tidaklah semudah seperti
membalik telapak tangan. Apalagi disaat nilai-nilai Pancasila yang sudah tidak
mengakar lagi. Oleh karena itu butuh perjuangan dan energi yang tidak sedikit
tentunya.Tapi bukan berarti kita tidak berusaha untuk terus bergerak dan mencoba
menggapainya. Jadi…ayo bersama-sama kita meluruskan niat, maju terus pantang
mundur dan tetap semangat !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar