Pada hari
pertamaku menjalankan tugas sebagai pengawas ruang ujian tahun ajaran
2011/2012 di SDN Semaya. Pukul 06.00 aku berangkat, aku tinggalkan anakku ( yang
saat itu sedang sarapan dan menjadi peserta ujian juga tahun ini). Dengan
iringan doa semoga dia dimudahkan segala urusan oleh-Nya.Yah, nelangsa juga
ketika dia bilang”dah ibu berangkat aja biar aku jalan kaki nanti” Ya Allah aku
sadar kalau aku pergi disaat anakku butuh dukunganku. Tapi inilah tugas, untungnya
sudah disiapkan jauh hari, dan alhamdulillah anakku pengertian sekali,
Setelah kutata
hatiku kupasrahkan juga semua kepada Sang Maha Pemelihara dan itu membuatku nyaman dan optimis. Aku ambil
rute memutar, jalur Kedungbanteng ke atas, hujan kemarin pasti membuat jalan
Sokaciri tambah sulit untuk dilalui sekalian untuk menghafalkan rute (kan baru
sekali ) dan ternyata sampai di atas hanya perlu waktu 45 menit. Paling gasik
malah baru ada pak penjaganya saja. Eh ternyata bukan orang lain, masih
saudara. Setengah jam kemudian semua guru berdatangan, berta’aruf eh bukan orang
asing ternyata pak Tio dari SDN Cibun, istrinya masih saudara. Biasa ketemu
kalau lebaran. Bu Sasti sesama pengawas dari SDN Cibun gadis asal Purbalingga kos di Karangjambu, PNS
baru. Ada pak Sumarso, kepala SDN Semaya, ada pak Hendra, Pak Kirtam, semuanya ramah
dan baik.
Pulangnya aku lewat Sokaciri, aku parkir motor
di dekat jembatan lalu aku turun, untuk cuci muka (segerrrr). Dinginnya air
logawa dan bagusnya pemandangan Sokaciri telah berhasil menahanku . Kududuk di
atas batu, memandang semua yang dapat aku pandang. Ada anak-anak lagi mandi (riang
sekali mereka) ada orang-orang muat batu pake kendaraan, ada juga pasangan bau
kencur yang coba-coba romantisan di pinggir kali (ha ha kaya sapa hayoo). Tak
terasa 30 menit aku tengok kanan tengok kiri sampai akhirnya memutuskan pulang.
Hari kedua aku sengaja
berangkat gasik lalu berhenti di cerukan yang luas dan sangat indah
tentunya. Apalagi cuaca pagi itu sangat cerah dengan sinar matahari yang baru
muncul, subhanallah cantik banget,Yah 15 menit cukup dulu lah tuk menikmati
panorama dan mengisi penuh paru-paruku dengan oksigen yang bersih itu. Nah sekitar
pukul 09.00 (masih ngawasi) terdengar ada berita duka.Waktu aku cerita dengan
pihak sekolah katanya ada warga meninggal karena jatuh ketika lagi naik ojek di tanjakan(sebelah atas
waterboom). Aku anggap ini peringatan agar aku lebih hati-hati lagi. Tiba hari
terakhir ada niat untuk jalan-jalan ke Cibun katanya bagus (ada jembatan
gantung). Setelah selesai ritual pamitan, aku mampir dulu ke rumah warga, keasikan ngobrol sampai lupa kalau dah
janjian sama pak Alip ke Cibun (tak bel malah dah di rumah) ya udah akhirnya tanya
tanya sampai juga ke daerah Cibun. Sampai jembatan gantung aku sedikit bergeming (eh
panjang juga, sekitar 50 meter
kurang dikit kali). Aku pikir bu Sasti tiap hari lewat sini kenapa aku ragu? Bismilah
aku lewat dengan cepat biar gak goyang-goyang, tanggung aku naik sekalian (penasaran kayak apa SDN Cibun)
Sampai ke
perkampungan ketemu pak Wartun dan istri, penjaga SDN Semaya. Bertamu , ngobrol
ngetan ngulon ngalor ngidul, lalu bersedia mengantar ke sekolah, eeet Cuma 4
ruang kelas? tapi subhanallah…..bersih dan rapi banget. Tidak ada sampah, lantai
kinclong kaya rumah sakit. Benar-benar terawat
dengan baik (jan salut ke penjagannya), 4 ruang… gimana belajarnya? satu
ruang untuk kantor, satu ruang khusus kelas enam, 2 ruang lainnya disekat
sekat (satu untuk kelas 1,2,3 dan satunya lagi untuk kelas 4 dan 5) untuk PBM
jelas gak nyaman yah…..tapi mau bagaimana lagi wong adanya seperti itu. Memang
muridnya gak banyak, semua ada 37 . Kalau dirata-rata 6 siswa tiap kelas. Jadi
ingat dengan madrasah sendiri. Bersyukur ada di
MIMA NU 02 Babakan dengan fasilitas yang memadai, program madrasah yang
bagus, murid yang banyak, pendidik yang muda-muda. Kalau semua diberdayakan dengan
optimal pasti hasilnya jauh lebih baik.
Ada
sebuah bayangan yang aku pikirkan. Dapatkah MI ku menjadi MI yang diminati
masyarakat? Bagaimana caranya agar itu terjadi? Langkah langkah apa yang
sebaiknya diambil? Apa yang dinginkan seorang wali siswa sebenarnya? Bukankah aku
juga seorang wali siswa? Apakah yang aku inginkan sama dengan yang mereka
pikirkan? Sambil merenungkan hal ini aku turun karena tanpa terasa matahari
sudah condong ke barat. Anak anak juga sudah menungguku. Apapun itu kesempatanku
untuk menjadi pengawas ruang di SDN Semaya telah aku ubah menjadi sebuah
tantangan.Ternyata mengubah kesempatan
menjadi sebuah tantangan merupakan hal yang menyenangkan dan yang paling penting
membutuhkan ke-be-ra-ni-an……… gak percaya? coba saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar