Sabtu, 14 Juli 2012

Ubah Kesempatan Menjadi Tantangan



        Pada hari pertamaku menjalankan tugas sebagai pengawas ruang ujian tahun ajaran 2011/2012 di SDN Semaya. Pukul 06.00 aku berangkat, aku tinggalkan anakku ( yang saat itu sedang sarapan dan menjadi peserta ujian juga tahun ini). Dengan iringan doa semoga dia dimudahkan segala urusan oleh-Nya.Yah, nelangsa juga ketika dia bilang”dah ibu berangkat aja biar aku jalan kaki nanti” Ya Allah aku sadar kalau aku pergi disaat anakku butuh dukunganku. Tapi inilah tugas, untungnya sudah disiapkan jauh hari, dan alhamdulillah anakku pengertian sekali,
     Setelah kutata hatiku kupasrahkan juga semua kepada Sang Maha Pemelihara dan  itu membuatku nyaman dan optimis. Aku ambil rute memutar, jalur Kedungbanteng ke atas, hujan kemarin pasti membuat jalan Sokaciri tambah sulit untuk dilalui sekalian untuk menghafalkan rute (kan baru sekali ) dan ternyata sampai di atas hanya perlu waktu 45 menit. Paling gasik malah baru ada pak penjaganya saja. Eh ternyata bukan orang lain, masih saudara. Setengah jam kemudian semua guru berdatangan, berta’aruf eh bukan orang asing ternyata pak Tio dari SDN Cibun, istrinya masih saudara. Biasa ketemu kalau lebaran. Bu Sasti sesama pengawas dari SDN Cibun gadis asal Purbalingga kos di Karangjambu, PNS baru. Ada pak Sumarso, kepala SDN Semaya, ada pak Hendra, Pak Kirtam, semuanya ramah dan baik.
     Pulangnya aku lewat Sokaciri, aku parkir motor di dekat jembatan lalu aku turun, untuk cuci muka (segerrrr). Dinginnya air logawa dan bagusnya pemandangan Sokaciri telah berhasil menahanku . Kududuk di atas batu, memandang semua yang dapat aku pandang. Ada anak-anak lagi mandi (riang sekali mereka) ada orang-orang muat batu pake kendaraan, ada juga pasangan bau kencur yang coba-coba romantisan di pinggir kali (ha ha kaya sapa hayoo). Tak terasa 30 menit aku tengok kanan tengok kiri sampai akhirnya memutuskan pulang.
     Hari kedua aku sengaja berangkat gasik lalu berhenti di cerukan yang luas dan sangat indah tentunya. Apalagi cuaca pagi itu sangat cerah dengan sinar matahari yang baru muncul, subhanallah cantik banget,Yah 15 menit cukup dulu lah tuk menikmati panorama dan mengisi penuh paru-paruku dengan oksigen yang bersih itu. Nah sekitar pukul 09.00 (masih ngawasi) terdengar ada berita duka.Waktu aku cerita dengan pihak sekolah katanya ada warga meninggal karena jatuh ketika lagi  naik ojek di tanjakan(sebelah atas waterboom). Aku anggap ini peringatan agar aku lebih hati-hati lagi. Tiba hari terakhir ada niat untuk jalan-jalan ke Cibun katanya bagus (ada jembatan gantung). Setelah selesai ritual pamitan, aku mampir dulu ke rumah warga, keasikan ngobrol sampai lupa kalau dah janjian sama pak Alip ke Cibun (tak bel malah dah di rumah) ya udah akhirnya tanya tanya sampai juga ke daerah Cibun. Sampai jembatan gantung aku sedikit bergeming (eh panjang juga, sekitar 50 meter kurang dikit kali). Aku pikir bu Sasti tiap hari lewat sini kenapa aku ragu? Bismilah aku lewat dengan cepat biar gak goyang-goyang, tanggung aku naik sekalian (penasaran kayak apa SDN Cibun)
      Sampai ke perkampungan ketemu pak Wartun dan istri, penjaga SDN Semaya. Bertamu , ngobrol ngetan ngulon ngalor ngidul, lalu bersedia mengantar ke sekolah, eeet Cuma 4 ruang kelas? tapi subhanallah…..bersih dan rapi banget. Tidak ada sampah, lantai kinclong kaya rumah sakit. Benar-benar terawat  dengan baik (jan salut ke penjagannya), 4 ruang… gimana belajarnya? satu ruang untuk kantor, satu ruang khusus kelas enam, 2 ruang lainnya disekat sekat (satu untuk kelas 1,2,3 dan satunya lagi untuk kelas 4 dan 5) untuk PBM jelas gak nyaman yah…..tapi mau bagaimana lagi wong adanya seperti itu. Memang muridnya gak banyak, semua ada 37 . Kalau dirata-rata 6 siswa tiap kelas. Jadi ingat dengan madrasah sendiri. Bersyukur ada di  MIMA NU 02 Babakan dengan fasilitas yang memadai, program madrasah yang bagus, murid yang banyak, pendidik yang muda-muda. Kalau semua diberdayakan dengan optimal pasti hasilnya jauh lebih baik.
  Ada sebuah bayangan yang aku pikirkan. Dapatkah MI ku menjadi MI yang diminati masyarakat? Bagaimana caranya agar itu terjadi? Langkah langkah apa yang sebaiknya diambil? Apa yang dinginkan seorang wali siswa sebenarnya? Bukankah aku juga seorang wali siswa? Apakah yang aku inginkan sama dengan yang mereka pikirkan? Sambil merenungkan hal ini aku turun karena tanpa terasa matahari sudah condong ke barat. Anak anak juga sudah menungguku. Apapun itu kesempatanku untuk menjadi pengawas ruang di SDN Semaya telah aku ubah menjadi sebuah tantangan.Ternyata mengubah  kesempatan menjadi sebuah tantangan merupakan hal yang menyenangkan dan yang paling penting membutuhkan ke-be-ra-ni-an……… gak percaya? coba saja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar