Kamis, 28 Februari 2013

The power of Attitude



Sikap yang lahir dari diri seseorang adalah cerminan dari orang itu sendiri. Siapa kita sesungguhnya dapat dilihat dari sikap kita. Sikap terbentuk dari beberapa hal.diantaranya dari lingkungan.Yang pertama keluarga sebagai bagian yang terdekat menjadi tonggak awal membentuk sikap. Orangtua panutan utama.Jika lingkungan keluarga positif tentu akan membawa ketentraman dan kebahagiaan.Tentunya energy ini akan berpengaruh dan membawa manfaat bagi kita. Setelah keluarga ada sekolah, namun kegiatan belajar mengajar disekolah kurang dalam mengukur bagian ini. Dari jenjang dasar sampai PT lebih banyak aspek kognitif dan psikomotor, bukti nyata yang tertuang dalam RPP pendidikan dasar dimonopoli oleh aspek kognitif dan sedikit psikomotor. Kedua, Bahan bacaan. Pengetahuan dan informasi yang kita peroleh ternyata sangat menentukan dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu memilih bahan bacaan sehari hari sangat penting untuk dilakukan, alih alih sekedar membaca cerita humor, akan lebih baik jika memilih buku buku pengembangan diri.Ketiga, pengalaman. Sesuai kata pepatah “experience is the best teacher” kadang pengalaman sepotong mampu merubah sikap kita. Banyak hal yang tidak terduga datang pada kita.Yang mau tidak mau kita alami dan hadapi.Tak terasa dari pengalaman itu merubah apa yang kita yakini bahkan sikap kita.

Dalam islam ada sebuah pola sandaran mengenai sikap. Bahwa dalam diri kita ada sebuah daging, jika ia baik maka ia baik seluruhnya. Sebaliknya jika ia buruk, maka ia buruk seluruhnya, yang dimaksud yaitu hati. Memetik dari buku yang saya baca “perhatikanlah lintasan hatimu Karena kan membentuk pikiranmu, perhatikan pikiranmu karena kan membentuk ucapanmu, perhatikan ucapanmu karena kan menjadi sikapmu, perhatikan sikapmu karena kan jadi kebiasaanmu, perhatikan kebiasaanmu karena kan menjadi karakter akhlakmu, perhatikan karakter akhlakmu karena itulah dirimu”. Dari rangkaian diatas maka kesimpulan yang bisa diambil adalah sikap dan karakter kita terbentuk searah dengan bagaimana kita dapat mengendalikan lintasan hati kita.

Disamping hati, kita juga memiliki jiwa. Dengan jiwa kita dapat melakukan apa yang kita mau, yang negative maupun yang poisitif. Hati dapat menjadi kendali untuk mengarahkan jiwa melalui pikiran. Hati nurani dapat menjalankan fungsinya dengan baik jika bersih dari segala kekotoran.Orang sering bilang “kata hati” karena sejatinya dia sering bersuara. Kita saja yang kadang mengabaikannya, atau mungkin tidak mendengarnya? why? apa karena terlalu banyak kotoran yang membungkusnya? bagaimana cara mencucinya agar kembali kinclong?

Menahan Diri



Hidup dalam masyarakat akan ada banyak ditemui fenomena yang terjadi baik yang sesuai syariat maupun yang tidak, yang menyenangkan maupun yang memilukan. Semua mengalir bak arus kehidupan. Bagaimana mereka menghadapi, bertahan dan melewati berbagai hal dalam hidup tentu sangat beragam sesuai dengan konsep berpikirnya. Kebanyakan mereka menjadi reaktif dan tidak mencoba untuk menahan diri. Bukan saya berpendapat hal tersebut keliru. Sebab itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Kenyataanya di lingkungan masyarakat kita cenderung seperti itu. Karena itulah saya salut dengan orang orang yang menjalankan hidup dengan menggunakan rumus menahan diri. Menahan diri dalam konsep yang positif tentunya. Contohnya banyak sekali, diantaranya menahan diri untuk sederhana walau dia mampu untuk bermegahan, menahan diri untuk sabar ketika dia bisa marah marah, menahan diri untuk tidak berkata apa apa bahkan saat ada kesempatan membalas hinaan, menahan diri dari perbuatan tercela meskipun kesempatan terbuka lebar, menahan diri untuk tenang ketika tertimpa kemalangan, menahan diri untuk tidak menyalahkan orang lain saat ia gagal dan lain sebagainya.

Orang orang yang mampu mengendalikan diri seperti contoh di atas menurut saya adalah orang yang lebih dari orang lainnya. Mereka yang mampu menahan dan mengendalikan dirinya adalah orang orang yang kuat dan tangguh. Mereka tetap saja kokoh seperti batu karang di lautan sungguhpun ombak kehidupan mencoba menenggelamkannya. Mereka tetap saja terlihat nyaman dengan statment orang yang kadang memuji atau menghina. Lalu bagaimana mereka bisa seperti itu? Kekuatan apa yang melingkupi mereka? Apa yang telah mereka lakukan? Jalan mana yang mesti ditempuh agar bisa seperti mereka?

Apapun jawabannya, Kenyataannya mereka adalah manusia manusia yang diteguhkan dengan prinsip dasar tauhid, mampu memilih jalan yang lurus sebagai power diri, yang telah berhasil membangun mentalnya dengan nilai nilai spiritual, sehingga mampu mengalirkan bahan inspirasi yang sarat akan makna tentang hidup dan kehidupan. Ada banyak pelajaran yang dapat diambil dari orang orang yang wara’ ini. Bagaimana mereka memaknai setiap detik kesempatan yang mereka dapatkan. Lalu…how about myself?

Pertanyaannya tergolong simple kan…,tapi untuk menjawabnya saya butuh waktu yang tidak sedikit. Jujur …ini bukan perkara yang mudah, menjadi tenang ketika banyak persoalan, tetap sabar ketika dalam kemarahan itu saja pun butuh perjuangan yang amat berat. Apalagi untuk mengendalikan diri dengan hal hal lainnya. Amboi… andaikata ada toko yang  menjual serum formula menahan diri  yang siap pakai dan terbukti manjur, mungkin saya yang akan berdiri pada  antrian paling depan.

Pembentukan Karakter Anak


Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah.
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian.
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar  merasa bersalah.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian  ia belajar  menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan ia belajar mengenali tujuan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan.
Jika anak dibesarkan dengan kejururan dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman dan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan berdamai dengan pikiran.
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan,ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

(Dorothy Law Nolte)



Sabtu, 23 Februari 2013

Tekad & Nekat




Hmm….akhirnya… berani menulis lagi.Setelah kemarin sempat drop karena banyak factor diantaranya gak ada tekad dan gaptek. Hari ini aku membulatkan tekad sekaligus nekat mau menulis apapun yang aku mau he he. Nekat lebih dari sekedar berani. Bersama nekat ada sebuah energy untuk melakukan hal ini. Nekat ….berarti ada sebuah kekuatan untuk siap menerima segala konsekuensi yang terjadi. Nah ngomongin soal gaptek, kemungkinan besar tidak  aku saja yang mengalaminya, toh aku lagi berusaha untuk menundukannya cie….memang kadang jadi menyurutkan langkah jika kepentok banyak hal yang tidak aku ketahui, mau kayak gini gak bisa, mau kayak gitu juga mentok..…dah coba berselancar di dunia maya..banyak gak pahamnya. Dah milih orang yang tak pikir bisa bantu banyak eh kadang gak konek (karena gak mau). Alih alih menjawab semua pertanyaanku eh malah dicuekin,via email dan sms lebih banyak diabaikan, kayaknya gak mau berbagi banget deh. Emang kebangeten tur  geregeten  interaksi sama orang kayak gitu, tapi ya memang dasar karakternyanya begitu  ya disabari dan diterima aja (orang bilang bawaan orok) siapa tau besok besok mau bantu. Makanya putar haluan pakai rumus nekat .
Sebuah kenekatan hanya bisa dibangun jika ada power. Power ini sebagai bahan bakar selama perjalanan untuk menuju hasil yang dinginkan.Sehingga antara power dan kenekatan menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Sebab kenekatan tanpa power adalah sebuah kekonyolan, sedang power tanpa kenekatan menjadi sia-sia. Sebuah kenekatan juga harus diringi kemampuan belajar cepat. Banyak orang yang belajar, tapi hanya sedikit yang belajar dengan cepat. Kecepatan pembelajaran diri adalah cara kita memelihara momentum. Agar momentum kenekatan yang datang tidak serta merta pergi begitu saja pun ada triknya. Maju dengan sikap percaya diri dengan semua hal yang kita yakini tidak ada salahnya dilakukan. Menengok ke belakangpun dibolehkan selama hanya untuk dua alasan. Pertama mengambil pelajaran agar tidak terperosok pada lubang yang sama. Kedua mengambil hikmah agar lebih bijaksana. Oleh karena itu rumus belajar cepat adalah menatap kedepan dengan sikap optimis.Karena Allah menciptakan segala sesuatu dengan takaran masing masing. Sebagai bahan renungan bahwa Allah tidak memberikan sesuatu dengan instant sehingga semua butuh proses. Nah dari balik proses itu pasti ada hukum besi perubahan. Akhirnya untuk mengarungi ombak kehidupan, kita sebagai manusia memang dituntut memiliki nyali yang tinggi untuk mengambil resiko.Sehingga jika tekad sudah bulat hanya ada satu kalimat,”Bismilahi tawakkaltu ‘alallah”.