Emosi
manusia sangatlah beragam, marah, suka, sedih, cinta, benci, merana ,tersiksa, riang,
galau, gembira, semuanya terjadi silih berganti mengikuti gerak nafas
kehidupan. Kepahitan dan kepayahan hilang berganti dengan keceriaan dan kegembiraan.
Setiap peristiwa bergulir bak untaian mutiara yang satu demi satu berjatuhan. Semua hal yang
terjadi dalam kehidupan kita membentuk alur
cerita dan skenario yang tiada berkesudahan.
Seiring berjalannya waktu dan pada
setiap perubahan yang terjadi pasti selalu ada hikmah yang dapat dipetik untuk
menjadikan diri jauh lebih bijak dan lebih siap untuk mengarungi kembali
samudera yang bergelombang. Semua emosi itu terekam dan tersusun membentuk file
yang sering diinginkan sekaligus dicari semua orang. Ya itulah file
“kebahagiaan”. Lalu dimana letak kebahagian sebenarnya? Bagaimana ciri ciri
orang yang berbahagia? Apa yang buat orang bahagia? Apa yang mesti dilakukan
tuk menjaga kebahagiaan itu?.Weleh weleh dari mana dulu nih jawabnya? Siapa
yang bisa jawab semua hayoo? (kalau jawabannya memuaskan will get rewardlah).
Kata
orang bijak…kebahagiaan ada pada diri setiap orang. Tinggal bagaimana orang
tersebut dapat mengelolanya. Kadang kita saja yang aneh suka mencari kesana
kemari. Ketemukah? ha ha kalau gak ilang kenapa mesti dicari? Banyak yang
berkeyakinan kebahagiaan itu diukur dengan segala wujud material. Nah
pertanyaanya jika semua material menghilang berarti hilang juga kebahagiaannya?
Berpengaruh ya, tapi jika sampai mengikis habis kebahagiaan, Heeeem, bisa jadi
ada sebuah kesalahan konsep berpikir. Sekali lagi kesalahan konsep berpikir. Dan
itu perlu segera diubah. Gak mudah tentunya. Perlu ragam informasi sebagai
wawasan diri guna membangun persepsi baru, butuh model sebagai motivator yang sekaligus sebagai alat evaluasi dan
sumber inspirasi. Hal tersebut minimal dapat menjadi bahan renungan dalam
proses perbaikan. Jadi tidak usah lagi mencari seperti mencari permata yang
hilang (kaya Yuni Shara saja).
Yang
perlu dilakukan adalah akuilah jika kebahagiaan itu ada dalam diri dan sangat
dekat dengan kita . Berpikirlah tentang semua kebahagiaan maka kita akan
bahagia. Hindari segala pikiran negatif tentang diri beserta kekurangannya. Rasakan
setiap emosi yang terjadi, nikmati dengan penuh pengendalian diri. Yakinkan
dalam hati, jiwa dan pikiran, kita memang hidup untuk berbahagia disini and
here after tentunya. Jadi tidak ada peristiwa yang sia-sia yang terjadi
disepanjang harinya. Semua menjadi ajang pel atihan sepanjang hayat sebagai
tanda dari fitrah-Nya. Ingat rumusnya?akui… nikmati….kendalikan. Why? Karena
kebahagiaan adalah hak kita. But, untuk menggunakan rumus tersebut diperlukan
dua benang lho yaaaa…
Ada
syarat yang mesti dijalankan. Mau tahu?
Mungkin begini..Kebahagiaan laksana
hasil rajutan dari benang kehidupan. Apakah itu? Syukur dan sabar. Dua hal ini
menjadi syarat mutlak jika kita ingin merasakan kebahagiaan. Rasa syukur dan
kesabaran yang melimpah dari dalam diri akan membuat hati , jiwa dan pikiran
kita tenang, nyaman serta positif walaupun
kita dalam kondisi sulit. Coba deh bayangkan jikalau kita gak ada syukurnya ya
kuraaaaang melulu. Kurang ini kurang itu. Kurang begini kurang begitu, harusnya
begini harusnya begitu. Jika yang ada dalam pikiran kita hanya kekurangan kapan
kita akan merasa lebih? Kapan kita merasa damai? cape deeeh..Mengapa kita gak
coba ubah persepsi kita mulai dari hal yang positif? bukankah itu justru akan
menarik hal hal positif lainnya? Misal jika kita menginginkan sesuatu dan
mendapatkan ya disyukuri walaupun belum sesuai dengan apa yang diharapkan . Toh
kita bisa usaha lagi lebih keras lagi. Nah yang belum kesampaian ya sabar yaitu
menerima semuanya dengan tetap terus berusaha mendapatkan tentunya ( kalau yang
menerima lalu diam gak mau usaha ya keblinger kali), serta jangan mudah
mengeluh karena hanya akan menambah berat beban kita saja. Terlebih lagi jika
kita dalam kondisi sulit lalu gak ada kesabaran waduh bisa tambah runyam suasana
tuh.
Contoh mudah seperti hubungan
pasutri yang lawas (he he kalau yang baru gak masuk itungan). Kadang hal sepele
eh ujung ujungnya buat tawuran juga, he he(mang remaja tawuran). Berapa banyak
masalah besar terjadi dalam kehidupan rumah tangga hanya gara gara hal sepele
seperti lupa matiin lampu kamar mandi saat keluar, lupa menaruh kunci gak di
tempatnya, lalu masakan istri yang dirasa kurang sreg dll. Kalau Cuma begitu saja
sudah buat teriak teriak, waduh gak inget tuh waktu jadi penganten baru. Ayo
kita latihan bersabar. Apalagi zaman sekarang Era kompleksitas dengan segenap
problematikanya. Kalau gak siap mental bisa kena struk dadakan kali ya…oleh
karena itu, ketika kita sedang merasakan segala bentuk emosi apapun ya ayo
diakui, ayo dinikmati, ayo dikendalikan dengan selalu bersyukur dan bersabar. Karena
disitulah seninya hidup untuk “meraih” kebahagiaan, sehingga kita dapat terus menyebarkan aura tersebut kepada orang
orang di sekeliling kita. Minimal bikin orang tersenyum dah baguslaaah. Malah
kadang sesekali kita dapat membuat seseorang diliputi kebahagiaan walau bahkan
kita tidak ikut bagian dalam kebahagiaanya tersebut. Kita toh sudah cukup
merasakan puas bukan?. Dan sekarang kalau ada yang pengin marah silahkan asal
gak pakai lama, yang mau tertawa boleh asal gak kebablas sampai kencing di
celana. Malah kata mbah Roma Irama, ”Berduka boleh berduka ,sedukanya saja, merana
boleh merana, semerananya saja. ”So…..
keep smile and be happy please!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar