Sabtu, 14 Juli 2012

Tapak Bumi Semaya


                                                           


Berawal dari beberapa hari yang lalu, ada banyak pertanyaan yang saya sendiri bingung, mau saya tanyakan ke siapa....karena sekomplit apapun jawaban yang diberikan pasti akan menambah panjang daftar pertanyaan. Pada saat mendengar sebuah pemberitahuan tentang tugas yang harus saya emban selama tiga hari untuk menjadi pengawas UAS- BN. Masih cukup lama memang, karena ujian akan dilaksanakan pada tanggal 7-9 Mei nanti.

 
Sebenarnya menjadi pengawas ruang bukan hal baru, sudah berkali-kali saya jalankan. Tidak akan saya pikir jika saya tahu tempat dan mudah menjangkaunya. Yang membuat kaget adalah ketika bos saya bilang "SD SEMAYA". Saya sadar ini masuk kategori "luar biasa", karena saya "Ibu guru" dan untuk mencapai Semaya diperlukan usaha yang tidak mudah tentunya (jauhnya perjalanan dan medannya yang sulit). Banyak bom pertanyaan di pikiran kala itu. Kenapa harus di Semaya? bagaimana saya bisa dapat Semaya?dan lebih penting lagi ternyata SK sudah terbit dan jalan satu-satunya saya harus bisa menjalankan tugas itu. Sebagai langkah awal saya kumpulkan sebanyak-banyaknya tentang Semaya. Hmmm Semaya....sebenarnya masih wilayah desa Sunyalangu kecamatan Karanglewas, dengan Babakan berarti tetangga desa. Lalu kenapa musti heboh?

 Likethis.............
Kata teman teman" dah kamu muter lewat Kedung Banteng saja kalau mau ke Semaya. Memang jauh tapi jalannya alus itu berarti jika surat tugas pukul 07.30 saya harus berangkat pukul 06.30, lewat Sokaciri walau jarak tempuh relatif pendek tapi kamu ndak mungkin bisa lewat tanjakan labil". Hampir semua teman yang saya tanya jawabannya sama. Jadi penasaran pengin membuktikan sesukar apa jalan yang dimaksud (karena saya lebih memilih rute ini).

 Pada  Minggu pagi,”arjunaku” telfon kalau pengin tahu SDN Semaya, siap mengantar, Wow...........Surprise. Jadilah kami kaya si Bolang Petualang, kami ambil rute Babakan-Karangpucung-Sunyalangu-Sokaciri-Baseh-Semaya. Ini sebuah jalan alternatif, dekat, hanya....ada 1 km jalan yang membutuhkan konsentrasi penuh, dan harus sangat hati-hati. Bagaimana tidak,  jalan dengan batu yang labil, menanjak lagi. Setelah jembatan Sokaciri yang kata orang banyak monyet (saya sih belum pernah lihat) dengan riak sungainya yang menawan, pemandangan kanan kiri sungai yang memukau dan sebaran batu-batunya yang bisa buat mentas (gede gede soale), ketika melihat jalan tersebut saya sadar perlu kekuatan hati untuk melewatinya pikiran pertama yang muncul "gue harus coba", 50 meter pertama suami turun. Saya diberi kepercayaan penuh untuk melakukan tantangan tersebut. Alhamdulillah berhasil, masih dengan kondisi jalan "begitu"saya nekat membawa suami  naik.

Banyak yang  dilihat, ada kolam bebek-bebekan, ke atas lagi ada Batur Agung dengan area adu nyalinya dll, trus naik lagi sampai pertigaan menuju water boom suami minta ganti di depan (soalnya saya ketungkul berhenti kan gak sampai2 ke tujuan). Subhanallah ternyata masuk perkampungan Semaya baguuus banget, seperti di belahan bumi yang lain cie....aduh susah digambarkan dech, pokoknya siapapun yang ke bumi Semaya dan matanya waras pasti tidak mau cepet-cepet pulang. Lukisannya Allah benar benar tak ada bandingnya. Pohon-pohonnya, bukitnya, sawahnya, sungainya, udaranya, airnya wahhhh everithing looks so beautiful and perfect !!!!

Sampai di SD Semaya, cari orang untuk sumber informasi. Masuk ke rumah keluarga bapak Sodikun, dekat masjid kebetulan mau sholat air di masjid habis sehingga mudah saja cari alasan minta air wudhu. Horeee dapat teman (dan dapat info tentunya). After that.....pengin naik ke puncak, eh saya pikir deket mau jalan kaki tapi diingatkan bawa motor saja, ya sudah ke atas pakai motor (eh dikira sales lho hahaha)sampai mentok. Padahal kalau belok dapat pemandangan bagus(kata orang), yah buat lain kali (kan mo balik lagi, insya allah).

Ada pertanyaan menggelitik hati saya ketika sedang berada di tempat yang tinggi itu. Mengapa orang suka tempat tinggi? jawabanya karena jangkauan pandangan kita lebih luas, sehingga kita lebih banyak tahu. Asal indra kita "baik" soalnya kalau ada gangguan, walau di” tempat tinggi”sekalipun ya tidak bisa memandang apapun. So..."tempat tinggi" dapat memberi manfaat bagi kita kalau kita bukan saja menggunakan mata kepala tetapi memakai juga mata hati (bukan mata kaki lho ya).

 Nah, pulangnya lebih seru lagi. Saya merasakan banyak energi masuk dalam diri, ketika berhasil menuruni jalan yang terjal ada kepuasan tersendiri. Lebih happy dan semangat (yah dimanjakan sih) setiap ada yang pengin dilihat ya berhenti, action dulu (sebenarnya ambil panorama siiih) dari Semaya sampai Sokaciri tidak terhitung berapa kali "sekedar memandang" ciptaan Sang Maha Sempurna, banyak rasa jadinya. Senang, nikmat, kagum, terpesona dll dst.....dan setiap orang toh tentu bebas mengekspresikan segala apa yang sedang berkecamuk di hatinya. Ada yang sengaja menyembunyikan (ini bukan berarti orang lain tidak tahu lho),  ada yang terang terangan menampakkannya, dan semuanya tidak masalah sepanjang tidak merugikan baik bagi diri maupun oranglain.

 Nah kembali ke "tugas" ada hal penting yang saya dapat. Pepatah "No trouble troubels till trouble troubles you" kayaknya bagus tuh untuk dikaji. Mungkin termasuk saya, sering merasa belum apa apa sudah mengeluh, gak Pd, mengiyakan statement orang (padahal belum tentu benar), patah semangat, tidak punya cukup energi untuk mencari penyelesaian problem, kurang komitmen, kurang berpikir positif dll sehingga kita perlu pijakan untuk menata, menginstal diri untuk jadi lebih baik. Kadang kurangnya motifasi dari dalam diri membuat kita membutuhkan orang lain untuk turut mengobarkannya bukan?

Sebab  kalau mau jujur, sebenarnya ada rasa nyaman ketika dilingkupi orang-orang yang care dan membuka hati untuk kita. Kita bisa share, saling mengingatkan, saling menguatkan, saling berempati, saling menyemangati, saling memotifasi. Dan disadari atau tidak, hidup menjadi lebih bermakna ketika kita dapat memberikan manfaat untuk orang lain. Ada rasa nikmat yang membuncah dalam dada jika oranglain juga nyaman saat berada di dekat kita.

Kenyamanan ini juga yang sedang saya rasakan sekarang. Tidak ada rasa khawatir, ragu-ragu dan menyesal mendapatkan tugas ke Semaya. Yang ada ya pengin cepat cepat ke sana lagi, menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab dan menikmati keindahan bumi Semaya semau gue (bukan sepuasnya, karena untuk keindahan alam tidak ada puasnya), serta berinteraksi dengan warga desa. Skenario sudah mulai disusun tinggal menunggu waktu pelaksanaannya.

 Omong omong tentang bumi Semaya ada peluang bagus tuh untuk bisnis. Potensi wisatanya yang luar biasa diantaranya, panorama alaminya, batu laya yang terdapat 5 buah goa yang belum dirawat sehingga belum bisa dimasuki orang (kecuali yang bernyali tinggi) , waterboom, batur agung, kolam perahu bebek, dan potensi alam lainnya yang belum diberdayakan secara optimal termasuk kultur budayanya yang menarik dan masih original (kata orang sih masih ada tetua yang melakukan ritual sesajen pada musim tertentu) akses jalan yang sedang diusahakan (jalan wisata Baturaden, Baturagung, Cipendok), saya yakini suatu saat akan menjadi objek wisata pilihan bagi banyak orang. Bagi para investor tentunya ini menjadi lahan menggiurkan . Jika potensi alam yang dikelola dan digarap dengan optimal laris terjual maka dapat  menambah income, baik bagi warga masyarakat maupun pemerintah, yang pada akhirnya menguatkan perekonomian daerah. Bukan mengeksploitasi lho ya, tapi mengelola untuk dimanfaatkan dengan tetap menjaga keseimbangan alam bumi Semaya, dan ini dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, mulai dari masyarakat, pemerintah, BUMN, BUMS dan pelaku usaha lainnya. Berminat investasi? buruan ke bumi Semaya…

Semaya yang cantik, indah, menawan, mempesona telah merasuk dalam pikiran alam bawah sadar, tak jarang mata terpejam sekedar membayangkan keelokannya sehinga membuat saya tersadar akan “tangan” pengaturnya yang Maha Sempurna. Betapa saya merasa begitu kecil seperti debu, yang tak terlihat, tak berarti dan mudah tertiup oleh angin globalisasi. Ironis memang disaat semua raga dibuai dan dipuaskan oleh kemajuan teknologi, ternyata banyak jiwa yang meraung dan meronta mencoba melepaskan diri dari jerat alienasi tuk menggapai sebuah  kebebasan. Lalu apa makna kebebasan sebenarnya? tentu saja sebuah kata “kebebasan”dengan 10 orang yang menafsirkannya bisa saja berbeda tergantung sudut pandang mereka. Kalau menurut saya kebebasan adalah suatu perjalanan menuju kedewasaan yang didampingi oleh “patner” bernama tanggungjawab. Dan bagi saya perjalanan ini jauh lebih menyenangkan dan tak terlupakan, dibandingkan saat menikmati hasilnya. Bagaimana dengan anda?






3 komentar:

  1. Alhamduliah saya bangga jd orang asli semaya,meski lokasinya paling ujung tapi jangan sepelekan Semaya

    BalasHapus
  2. Alhamduliah saya bangga jd orang asli semaya,meski lokasinya paling ujung tapi jangan sepelekan Semaya

    BalasHapus
  3. makasih komennya pak Puji Wismoyo, saya suka panoramanya, andai akses jalan bagus, pasti lebih ramai lagi,,,semoga Semaya tetap asri sehingga tidak kehilangan pesonanya,,

    BalasHapus